When
05-06 November 2016
Venue
Pantai Cermin, Pariaman, Sumatera Barat
Group
Triathlon Standard • Triathlon Sprint • Duathlon
Ticket
IDR 350rb – 1.250rb & By Invitation • Reg. Goo.gl/3t4mxa
EO
Cover Production
Pariaman International Triathlon • 2016
Pariaman di zaman lampau merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing semenjak tahun 1.500-an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires (1446-1524), seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis di Asia. Ia mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India dengan Pariaman, Tiku dan Barus. Dua sampai tiga kapal Gujarat mengunjungi Pariaman setiap tahunnya membawa kain untuk penduduk asli yang dibarter dengan emas, gaharu, kapur barus, lilin dan madu. Pires juga menyebutkan bahwa Pariaman telah mengadakan perdagangan kuda yang dibawa dari Batak ke Tanah Sunda.Sekitar tahun 1527 datang bangsa Perancis dibawah komando seorang politikus dan pengusaha, yakni Jean Ango. Dia mengirim dua buah kapal dagang yang dipimpin oleh Dua Bersaudara, yakni Jean dan Raoul Parmentier. Kedua kapal ini sempat memasuki lepas pantai Pariaman dan singgah di Tiku dan Inderapura. Tapi anak buahnya merana terserang penyakit, sehingga catatan perjalanan Dua Bersaudara ini tidak banyak ditemukan.
Tanggal 21 Nopember 1600, untuk pertama kalinya, bangsa Belanda singgah di Tiku dan Pariaman, dengan dua buah kapal dibawah pimpinan Paulus Van Cardeen, yang berlayar dari utara (Aceh dan Pasaman) dan menyusul setelahnya kapal-kapal Belanda yang lain. Cornelis de Houtman yang sampai di Sunda Kelapa pada tahun 1596, dalam perjalanannya juga sempat melewati perairan Pariaman.
Secara historis, sebagai pusat pengembangan ajaran Islam yang tertua di pantai barat Sumatera, masyarakat Pariaman sangat agamis, yang tercermin dalam sikap dan perilaku yang memegang teguh ajaran Islam dan rasa tanggung jawab untuk mensyiarkan agama.
Sebagai pusat penyebaran Islam di Minangkabau, Pariaman memiliki ulama terkenal seperti Syekh Burhanuddin, yang salah seorang gurunya bernama Khatib Sangko bermakam di Pulau Anso Duo, yang saat ini dikenal dengan “Kuburan Panjang”. Beliau adalah pendiri perguruan tinggi Islam pertama di kawasan pantai barat Sumatera. Dari pengikut-pengikutnya, ajaran Islam berkembang pesat ke seluruh wilayah Minangkabau dan daerah tetangga. Bahkan, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, pelaksanaan pendidikan bernuansa agama Islam telah berkembang sehingga menjadikan kota ini sebagai kota tempat memperdalam ilmu agama bagi kebanyakan pemuda yang ada di wilayah Sumatera.
• 05-06 November 2016